
(cerita dibalik prestasi Hendrikus Saputra dan Gregorius Gery)
KUTAI BARAT (Kaltim), SUDUTBERITA.com | Klub Balap Motor Adhy Jobhstone Racing layak berbangga setelah salah satu jokinya memborong piala pada kejuaraan balap motor Sendawar Road Race di Sirkuit Lanay Jaya Kutai Barat
“Kalau mimpi terbesarnya sih, saya ingin lebih ditingkatkan lagi dari bidang olah raga ini. Selain di arena balap ini mungkin ada bidang-bidang lain yang harus ditingkatkan agar pemuda-pemuda dari Kutai Barat ini lebih terarah lagi dengan kegiatan-kegiatan positip.” ujar Sukadi seusai syukuran kemenangan kepada awak media di Warung Sate Jambang Barong Tongkok. Senin 14/2/22.

Sukadi yang lebih dikenal dengan nama Adhy Jobhstone itu mengaku, balap motor bukanlah bidangnya, bahkan sangat jauh dengan bidang yang digelutinya sebagai kontraktor. Namun demikian ia rela mengorbankan sebagian isi sakunya untuk kegiatan tersebut dengan memberikan support pendanaan untuk membantu pembelanjaan spare part.
“Agar pembalap-pembalapnya bisa ikut open, kita terbuka untuk meningkatkan prestasi anak-anak muda lah. Untuk menyalurkan hobby agar mereka lebih mengarah ke hal yang positif,” harapnya.
“Daripada anak-anak kebut-kebutan di jalan raya itu kan dampaknya banyak yang fatal.” imbuh Adhy.

Sementara itu faktanya sebuah hobby karena kurangnya perhatian dan pembinaan, para joki kuda besi memang rata-rata awalnya berangkat dari balap liar.
“Dulu awalnya dari balapan liar. Karena memang hobinya disitu,” kata Hendrikus Saputra yang memenangi kelas standar showroom 116-125 cc, Super moto 116 non seeded dan juara tiga di kelas open 116-125 cc. dalam event Sendawar Road Race di Sirkuit Lanay Jaya. Minggu 14/2/22.

Keterbatasan sarana memang menjadi kendala bagi pemuda usia 29 tahun ini, tanpa memilik kendaraan pacu sendiri telah sebabkan harus istirahat beberapa tahun mengikuti olahraga yang memacu adrenalin tersebut. Namun demikian berkat ketrampilannya memacu kendaraan akhirnya dia direkrut oleh bengkel motor.
Baca Berita Terkait : 33 Rider Berpacu Dalam Sendawar Road Race 2022 Rebutkan Tiket Porprov Kaltim 2022 di Berau
“Hampir 7 tahun saya vakum. Baru di tahun 2019 saya kembali membalap. Saya lama main di kelas 116-125 cc. Sempat juga dikontrak tim monument club tahun 2012. Waktu itu saya bawa kelas MP Tiga MP empat,” cerita Hendrikus yang lebih takut kalah daripada jatuh dari kendaraan.
Hal yang sama dialami oleh Gregorius Gery yang juga tak memiliki motor balap sendiri, namun dia sangat termotivasi oleh ssan kakak yang juga jadi pembalap.
“Terinspirasinya dari kakak. Kalau dilihat dari pendahulu, balap itu menghasilkan. Bukan sekedar hobi,” ucap Gery yang sejak usia 12 tahun sudah menggeluti dunia balap.
Gery juga memiliki banyak prestasi dan juga pernah mengikuti ajang kejurnas.
Terhadap anak-anak yang suka ngebut di jalanan, Gery berpesan agar mereka berhenti balap liar.
“Berhentilah balap liar. Karena tidak ada gunanya, jatuh lecet ngga ada hadiahnya juga,” tegasnya.

Hendrikus dan Gery, keduanya kini bernaung dalam bendera bengkel Agung Raya Barong Tongkok yang dikomandani Salehudin, serta tim sponsor Adhy Jhobstone Racing.
Sementara itu Salehudin, mekanik sekaligus pemilik bengkel Agung Raya mengeluhkan masih sulitnya mencari sponsor dan masih kurangnya penghargaan kepada insan balap di Kutai Barat
“Kalau kita lihat penghargaan masih kurang. Sangat tidak sesuai, karena biaya pengeluaran untuk balap motor sangat besar,” katanya.

Padahal menurut dia di Kutai Barat banyak bibit-bibit berprestasi di bidang balap motor hanya saja disayangkan karena pembinaan dan dukungan masih kurang.
“Aryanto Tarsan pernah sama saya juga, sampai sekarang dia jadi pembalap nasional. Dia mulai belajar balap dari saya. Kalau ada Pembinaan Pemerintah kita yakin anak tidak ugal-ugalan di jalan,” pungkasnya
(Red-SB/Paul).
You choose peace or war?