
Sebuah Catatan dari Rudi Ranaq*)
KUTAI BARAT (Kaltim),
SUDUTBERITA.com | Perlu diperhitungkan….!!! SUKAMTO, dari kampung MUUT, menjadi Role Model Calon Pekebun Sukses di BUMI TANA PURAI NGERIMAN, Dari PEDALAMAN KUTAI BARAT Sebagai PENYANGGA IBU KOTA NEGARA BARU (IKN) di Kalimantan Timur.
Masih dibalut keringat, Pak Sukamto, Pria Kelahiran Kediri, Jawa Timur tersenyum lebar menyambut penulis yg mendatanginya di Kampung Muut, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Kaltim.
“Saya menekuni kegiatan perkebunan ini sejak 2009,” katanya dengan penuh keramahan, menjawab pertanyaan penulis dalam obrolan santai di kebunnya belum lama ini.
Bermodalkan lahan 20.000 m2 (2 hektar) yang ia beli pada tahun 2009, Pak Sukamto secara terus-menerus menanam petai yang saat ini berjumlah lebih kurang 200 pohon, dan 50an pohon sudah mulai berbuah, dan juga terus menerus menanam nenas yang saat ini sudah mencapai kurang lebih 20.000 pokok jenis nenas besar (nenas paon).
Tumpang sari petai dan nenas ini tak pelak akan mendatangkan penghasilan yang sangat signifikan untuk Pak Sukamto di masa mendatang. Betapa tidak, saat ini nenasnya yang ditanamkan terdahulu sudah laku dijual di pasar sebesar 8-10 ribu per buah sesuai ukuran buahnya. Saat ini ia mulai menikmati hasil jerih payahnya, yakni rata-rata 125 biji nenas terjual sebulan dengan income rata-rata Rp 1 jt.
“Ini baru mulai berbuah”, kata sukamto dengan penuh semangat.
BACA JUGA : PENGEMBANGAN SDM KALTIM MENGHADAPI IBUKOTA NEGARA BARU DI KALYIM SEBUAH KUBUTUHAN SANGAT MENDESAK
Semangatnya bukan tanpa alasan. Jika 20.000 pohon nenas berbuah semuanya ke depan, maka dengan harga Rp 8 ribu saja per buah, Sukamto berpotensi mendapatkan 160.000.0000,- sekali panen dalam siklus 8 bulan.
Untuk petai, pengalaman baru-baru ini, dari 50-an pohon yang sudah mulai berbuah, rata-rata satu pohon menghasilkan 350 ikat, yg laku dijual Rp 35 ribu per ikat. Jadi jika disimulasikan 350 ikat x 35.000 x 50 pohon, maka penghasilan Pak Sukamto sebesar 312.500.000,- untuk sekali panen.

Dalam satu tahun, Sukamto mengaku petai-nya yang 50an pohon ini berbuah 2 kali, artinya ia berpotensi penghasilan 1,2 Miliar per tahun.
Sebuah penghasilan yang prestisius!!!
Jika 200 pohon semuanya berbuah dengan cukup 200 ikat (tunutn) per pohon, maka dengan harga 35 ribu per kilogram, Sukamto berpotensi mendapatkan penghasilan sebesar Rp 1,4 Miliar sekali panen.
Sungguh sungguh luar biasa!!!
Sekali lagi… Perlu diperhitungkan!!!
Peluang Pasar, Penyangga IKNB (Ibu Kota Negara Baru), Sebagai Lumbung Penghasil Buah
Ada ketakutan selama ini yang menjadi momok bagi pekebun/petani, yakni hancurnya harga saat hasil panen melimpah. Tapi dalam perspektif masa depan, dengan membanjirnya 1,5 juta penduduk yang akan datang ke Kalimantan Timur pada masa mendatang sebagai dampak ditetapkan Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Negara Baru, maka sangatlah beralasan, hasil produksi petani/pekebun, termasuk Nenas dan Petai seperti Sukamto akan habis terbeli. Bahkan itu masih jauh dari cukup untuk menjawab kebutuhan buah dan sayur di Kalimantan Timur.
Nilai Edukasi Untuk Publik
Sejauh mana masyarakat Kalimantan Timur pada umumnya dan masyarakat Kutai Barat pada khususnya sudah menyiapkan dirinya sebagai produsen sayuran dan buah-buahan yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk yang besar di masa mendatang? Berapa orang yang sudah melakukan sesuatu seperti Sukamto?
BACA JUGA : MEMAKSIMALKAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KAMPUNG HALAMAN KITA SENDIRI MELALUI INOVASI DAERAH
Sesungguhnya ini benar-benar peluang usaha untuk masyarakat Kalimantan Timur berkontribusi secara aktif sebagai produsen dan supplier sayur-sayuran dan buah-buahan!
Akan kah peluang emas usaha ini tidak terisi oleh penduduk Kalimantan Timur sendiri, karena berpikir profesi petani dan pekebun tidak strategis oleh karena terkonstruksi pikirannya bahwa petani dan pekebun adalah prosesi yang tidak menjanjikan?
Jika demikian, maka dapat dipastikan banjir sayur-sayuran dan buah-buahan dari luar daerah akan terus menerus berlangsung, lalu masyarakat Kalimantan Timur yang hanya berjumlah 3,7 juta akan menjadi penonton pasif, yang membiarkan peluang emas ini berlalu, sehingga pada akhirnya tidak berdampak maksimal dan produktif sebagai produsen dan supplier sayur-sayuran dan buah-buahan, karena semuanya sudah ditangkap saudara-saudara kita setanah air dari belahan pulau lain?
Perlu Dukungan Pemerintah Secara Programatik
Dalam rangka menjawab tantangan di atas, maka pada hakekatnya peran Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur dan seluruh Kabupaten/Kota se-Kaltim untuk melakukan konsientisasi dan pemberdayaan petani dan pekebun secara masif dan terstruktur melalui program yang jelas dan terukur, sesuai dengan potensi geografis daerah untuk menghasilkan buah-buahan dan sayur-sayuran secara berkualitas dan berkelanjutan untuk memenuhi keperluan penduduk IKN dan penduduk Kalimantan Timur, sangatlah penting dan strategis.
Sebuah ekspektasi besar, bahwa dengan adanya dukungan yang kongkrit dari pemerintah daerah, masa depan pekebun buah-buahan dan sayur-sayuran semakin cerah, dan bermuara pada kesejahteraan, karena produksi mereka senantiasa diserap oleh konsumen.
Dengan demikian, peluang emas ini akan dikerjakan juga oleh ribuan Sukamto-Sukamto yang lain seantero Kalimantan Timur, sebab penghasilan Pekebun dan Petani menjadi bukti bagi dirinya sendiri untuk berbangga hati, sebab pendapatan mereka hampir mendekati simulasi penghasilan Sukamto di Kampung Muut, jika pun tidak mampu menyamainya.
Penulis : Rudi Ranaq
Editor : Redaksi
*) Rudi Ranaq adalah seorang praktis hukum dan petani lemon kelahiran kampung Benung Kayutn Jongaas, Ulu Sungai Idaatn-Pesiikng, Kutai Barat, Kaltim menyandang gelar akademis SH., M.Si., C.Me.